BBM (Beneran Bikin Mumet)

Setelah beberapa minggu posting materi, sekarang waktunya kita masuk intermezzo. Kali ini saya akan sedikit mengomentari masalah BBM yang sempat tarik ulur sampai menyebabkan kegalauan di masyarakat.

Beberapa bulan yang lalu sebelum pergantian pemerintahan, Presiden SBY (pada saat itu masih menjabat) sempat mengumumkan akan menaikkan harga BBM subsidi akan dinaikkan. Tapi pada waktu itu ujung-ujungnya malah gak jadi naik. Ada yang bilang itu cuma pencitraan pemerintahan sebelumnya aja, biar pandangan masyarakat yang udah cukup negatif paling tidak bisa sedikit lebih baik. Padahal waktu itu masyarakat udah gila-gilaan persiapan kenaikan BBM. Di kampung halaman saya di Jember, saya tidak pernah melihat antrian kendaraan buat BBM lebih dari satu kilometer. Itu masih satu SPBU yang terletak di pusat kota. Belum di SPBU lain yang nggak kalah panjang antriannya. Penjual BBM musiman pun kembali beraksi, tetapi harga yang ditetapkan juga tidak kalah sadis, yaitu Rp 10.000 untuk takaran yang tidak sampai 1 liter.

Sumber: rri.co.id

Setelah BBM tidak jadi naik masyarakat sempat lega. Tetapi itu ketenangan tidak berlangsung lama. Hampir tepat 1 bulan sejak pelantikan Presiden Jokowi, wacana kenaikkan BBM kembali muncul kepermukaan. Hingga puncaknya pada awal pekan ini, Presiden mengumumkan secara langsung kenaikan sebesar Rp 2.000 untuk BBM bersubsidi per liternya. Bagi pihak oposisi pemerintah, ini menjadi momen yang tepat untuk memperkuat posisi dan menarik simpati masyarakat. Mulai menggunakan harga minyak dunia yang turun, harga bahan kebutuhan, dan sebagainya. Pemerintah dan pihak yang mendukung pun tidak kalah tanggap. Berbagai alasan dan logika terus dijelaskan agar rakyat dapat menerima kenaikan tersebut. Pemerintah menyatakan kenaikan merupakan akibat kerugian dana yang disebabkan para mafia migas dan korupsi yang terjadi pada pemerintahan sebelumnya. Hal tersebut menyebabkan minimnya anggaran dana untuk rencana pembangunan. Sehingga mau tidak mau pemerintah perlu menaikkan BBM untuk menutup kerugian. 

Menurut pendapat saya, untuk saat ini kita terima saja kenaikkan harga BBM. Pemerintah sudah berjanji untuk memberikan infrastruktur yang jauh lebih baik dari saat ini. Toh kalaupun BBM tidak naik, dana subsidi BBM ini juga saya rasa kurang tepat sasaran. Coba saja kita lihat di SPBU, masih banyak orang dengan mobil dan motor mewah masih mengisi menggunakan premium bukan pertamax. Pesan saya pada pemerintah, sebaiknya janji untuk pembangunan infrastruktur segera direalisasikan, karena jika tidak bukan tidak mungkin akan menimbulkan gejolak yang luar biasa di masyarakat. Untuk pihak oposisi, kalau anda memang berniat memajukan negara ini, jangan asal menolak kebijakan. Pikirkan dulu sebelum berkomentar. Jika pemerintah melakukan kesalahan dalam kebijakan mungkin anda akan memperoleh kesempatan, tapi bagaimana jika tidak? Anda sendirilah yang akan dirugikan. Dan pesan saya bagi seluruh rakyat Indonesia, jangan terburu-buru dalam bertindak. Biasakan untuk selalu berpikir kritis dalam menyikapai permasalahan. Dan jangan lupa walaupun ada pihak pro dan oposisi terhadap pemerintah kita adalah rakyat Indonesia yang bercita-cita memajukan negara ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar